Senin, 16 April 2012

The Next Leader


Bendera : Wiwid
Masa depan Negara Indonesia berada di tangan generasi penerus bangsa. Carut marut pemerintahan di negara kita tercinta ini tidak lepas dari faktor kepemimpinan yang kurang solid dan minim profesionalitas. Hal ini ditandai dengan maraknya praktek KKN maupun mafia-mafia di segala lini pemerintahan. Ironisnya, kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh pejabat tinggi negara saja, mulai jabatan yang paling rendah dalam sistem sosial yaitu RT sampai jajaran kepresidenan, tidak luput dari jurang kenistaan tersebut. Dalam hal ini, setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas virus sosial tersebut. Tidak dapat hanya dibebankan kepada penegak hukum saja, namun semua elemen masyarakat dapat mengambil peran dalam pemberantasannya.
Jika kita kerucutkan permasalahannya, dapat kita ambil suatu titik yaitu pendidikan kepemimpinan yang kurang mumpuni bagi para pemuda bangsa. Hal inilah yang menjadi konsentrasi utama kita dalam membangun masa depan bangsa. Bagaimana tidak, andai saja para pemimpin bangsa kita mulai dari tingkatan terendah sampai tertinggi tidak memiliki rasa nasionalisme, cinta tanah air serta jiwa sosial yang tinggi, bisa dikatakan “tinggal nunggu mati saja”. Memang tidak dapat dipungkiri, pendidikan formal kita tidak memberikan menu kepemimpinan dalam kurikulumnya. Tetapi hal ini tidak menjadi kendala, harusnya para pemuda bangsa sudah mulai tersadar akan pentingnya membangun jiwa pemimpin minimal pada diri sendiri.
Kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh “The Next Leader” ada dua, yaitu tangguh dan profesional. Tangguh berarti kuat, handal, sukar dikalahkan, namun dalam arti positif, bukan kuat, handal, sukar dikalahkan dalam praktik korupsinya. Jadi yang dimaksud tangguh disini adalah kuat menghadapi masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, handal dalam menyelesaiakan masalah yang dihadapi bangsa, serta sukar dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok. Sedangkan profesional di sini berarti cakap, terlatih, dan tepat, juga bugan dalam arti negatifnya seperti sudah “professional” dalam mencuri uang negara. Jadi yang dimaksud dengan cakap berarti mampu dan pandai mencari solusi untuk negeri, terlatih mentalnya dalam menghadapi persaingan global, serta tepat dalam mengambil keputusan di imbangi dengan kecepatan dan ketegasan dalam kebijakannya. Untuk membangun kedua hal tersebut, haruslah melalui tiga posisi pemimpin yaitu “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” begitulah pepatah jawa mengatakannya. Maksudnya adalah, seorang pemimpin itu harus mampu memberi contoh atau teladan ketika ia berada di posisi depan, jika ia berada di tengah-tengah orang-orang yang dipimpinnya, ia harus mampu membangun semangat seluruh anggotanya, yang terakhir ialah ia di tuntut untuk mampu memberikan pengaruh positif jika ia berada di belakng dari anggotanya. Dalam mencapai kapasitas pemimpin yang seperti itu, tidak ada kata lain selain belajar dan action, ngelmu dan mengaplikasikannya, sadar dan memulainya dari sekarang.
Kapan kita mendapatkan pemimpin yang berkompeten tersebut, jawabannya adalah sekarang, ketika kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa, mau belajar dan mengamalkan ilmu kita untuk masyarakat dengan penuh rasa nasionalisme serta cinta tanah air. Dan yang pasti bukan dengan niat untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompok, namun untuk mencari ridho Allah SWT. (wepe2113)

1 komentar:

  1. permainan kiasan yang bagus,,
    tangguh dan professional dalam arti sindiran dan dalam arti yang sebenarnya..
    intinya disini,, pemimpin adalah yang mampu dan pandai memimpin dirinya sendiri..

    setuju,, niatkan semua bukan karena manusia.. karena dengan begitu kita tak akan mendapat apa-apa..
    jika kita niatkan semua karena mengharap ridlo Allah,, maka kita akan mendapatkan semua..
    melebihi apa yang kita inginkan..

    terus semangat untuk berkarya ya bii.. :)

    BalasHapus