Jumat, 13 April 2012

Jangan Jual Pasar Johar


Johar merupakan pasar yang pernah tersohor di tahun 40-an, yang merupakan pasar termegah dan tercantik se-Asia Tenggara.
Pasar Johar - Semarang : Annisa
Icon Kota Semarang, salah satunya adalah pasar johar. Seperti pada umumnya, pasar tradisional ini merupakan sentral dari berbagai aspek kehidupan. Berbagai kegiatan ekonomi, interaksi sosial, serta pertukaran budaya terjadi disana. Namun ada perbedaan yang menonjol antara pasar johar dengan pasar-pasar tradisional yang lain, yaitu pasar ini terletak di tengah-tengah kota semarang. Selain tempatnyya yang strategis, luas bangunannya mencapai 15.000 meter persegi. Hal ini dapat memungkinkan pasar johar menjadi pusat perdagangan di kawasan jawa tengah.
Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai persoalan muncul satu persatu, mulai dari kemacetan, banjir, sampai dengan berkurangnya peminat pengunjung dari pasar ini. Yang menarik disini adalah isu revitalisasi Pasar Johar yang di gulingkan oleh pemerintah kota semarang. Menurut Sulistiyo, 61, tukang parkir di Pasar Johar, sebenarnya isu tersebut bukanlah hal baru, sejak beliau berumur 12 tahun sudah ada isu tentang revitalisasi Pasar Johar tersebut, namun sampai sekarangpun belum ada realisasinya. Revitalisasi memang diangkat sebagai penyelesaian dari banjir yang sering melanda pasar ini, namun jika tidak dilaksanakan dengan benar dapat dipastikan dapat menimbulkan masalah baru, seperti rasa takut para pedagang jika revitalisasi ini benar-benar dikerjakan karena nantinya harga lapak semakin mahal, yang berakibat naiknya harga barang dan berdampak pada menurunnya pembeli di pasar ini. Sulistiyo menjelaskan pula bahwa sebenarnya yang menjadi penyebab banjir selama ini adalah air dari sungai sebelah Pasar Johar, jadi yang harus di bereskan adalah sungai tersebut.
Haryanto, salah seorang penjual pakaian membenarkan akan adanya rehab di Pasar Johar, beberapa waktu lalu memang Pasar Johar di datangi oleh beberapa arsitektur dari berbagai belahan dunia untuk survei Pasar Johar, pemerintah sedang melelangkan rehab Pasar Johar, namun adanya hal tersebut bukan untuk dirubah tapi dirapikan, tujuan direhab tersebut untuk tetap mempertahankan bangunan lama, namun dengan merehab beberapa bagian pasar pada lantai dua dan jalannya juga dibuat seperti dulu. Intinya masih memepertahankan bangunan jaman dulu. “Dulu swasta juga pernah membenahi Pasar Johar, tapi tidak mampu, karena yang dulu atap lantai dua yang ada segi delapannya yang tadinya ada kacanya dalam proyek tersebut harus dicopoti. Akibatnya air hujan yang semula tidak masuk ke dalam pasar, setelah di copot menyebabkan pasar kemasukan air hujan. Pihak swasta ini tidak tanggung jawab yang penting proyek berjalan,” tambahnya. Revitalisasi boleh, asal jangan jual Pasar Johar ini ke pihak swasta, selain terbukti tidak bertanggung jawab, dapat di indikasikan nantinya memonopoli harga lapak di Pasar Johar tersebut. 
Dalam sebuah kebijakan, pastilah ada pro dan kontra, tidak terkecuali revitalisasi Pasar Johar. “Walaupun saya tidak begitu paham dengan isu akan ada rehab, saya setuju saja, asal tetap menjadi pasar tradisional, bukan berupa  supermarket, takutnya nanti dianggap masyarakat bahwa Pasar Johar bukan pasar tradisional lagi, dianggap jualanya mahal,” ujar Yayuk, penjual pakaian yang termasuk mendukung revitalisasi Pasar Johar. Di lain pihak, Ningsih, pemilik toko alat tulis, kurang setuju dengan rencana revitalisasi tersebut. “Menurut Ibu, saya tidak setuju bila Pasar Johar dirubah seperti mall, karena nanti kalau di rubah maka sewa tempatnya akan mahal dan tidak bisa jualan lagi, malah nanti yang dapat hanya yang mampu, kuat – kuatan membayar sewa tempat”. Meskipun begitu, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada penolakan keras terhadap kebijakan revitalisasi Pasar Johar ini, yang perlu di garis bawahi adalah, jangan sampai ada penyimpangan dalam pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan hilangnya unsur sejarah yang menjadikan pasar ini dulu tersohor di Asia Tenggara serta kebudayaan pasar tradisional seperti tawar menawar dan harga yang relatif “miring”. (wepe2113, Annisa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar