Bendera : Wiwid |
Masa depan Negara Indonesia berada di tangan
generasi penerus bangsa. Carut marut pemerintahan di negara kita tercinta ini
tidak lepas dari faktor kepemimpinan yang kurang solid dan minim
profesionalitas. Hal ini ditandai dengan maraknya praktek KKN maupun
mafia-mafia di segala lini pemerintahan. Ironisnya, kegiatan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh pejabat tinggi negara saja, mulai jabatan yang paling
rendah dalam sistem sosial yaitu RT sampai jajaran kepresidenan, tidak luput
dari jurang kenistaan tersebut. Dalam hal ini, setiap warga negara Indonesia
bertanggung jawab atas virus sosial tersebut. Tidak dapat hanya dibebankan kepada
penegak hukum saja, namun semua elemen masyarakat dapat mengambil peran dalam
pemberantasannya.
Jika kita kerucutkan permasalahannya, dapat kita
ambil suatu titik yaitu pendidikan kepemimpinan yang kurang mumpuni bagi para
pemuda bangsa. Hal inilah yang menjadi konsentrasi utama kita dalam membangun
masa depan bangsa. Bagaimana tidak, andai saja para pemimpin bangsa kita mulai
dari tingkatan terendah sampai tertinggi tidak memiliki rasa nasionalisme,
cinta tanah air serta jiwa sosial yang tinggi, bisa dikatakan “tinggal nunggu
mati saja”. Memang tidak dapat dipungkiri, pendidikan formal kita tidak
memberikan menu kepemimpinan dalam kurikulumnya. Tetapi hal ini tidak menjadi
kendala, harusnya para pemuda bangsa sudah mulai tersadar akan pentingnya
membangun jiwa pemimpin minimal pada diri sendiri.
Kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh “The Next
Leader” ada dua, yaitu tangguh dan profesional. Tangguh berarti kuat, handal,
sukar dikalahkan, namun dalam arti positif, bukan kuat, handal, sukar
dikalahkan dalam praktik korupsinya. Jadi yang dimaksud tangguh disini adalah
kuat menghadapi masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, handal dalam
menyelesaiakan masalah yang dihadapi bangsa, serta sukar dikalahkan oleh
kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok. Sedangkan profesional di sini
berarti cakap, terlatih, dan tepat, juga bugan dalam arti negatifnya seperti
sudah “professional” dalam mencuri uang negara. Jadi yang dimaksud dengan cakap
berarti mampu dan pandai mencari solusi untuk negeri, terlatih mentalnya dalam
menghadapi persaingan global, serta tepat dalam mengambil keputusan di imbangi
dengan kecepatan dan ketegasan dalam kebijakannya. Untuk membangun kedua hal
tersebut, haruslah melalui tiga posisi pemimpin yaitu “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
begitulah pepatah jawa mengatakannya. Maksudnya adalah, seorang pemimpin itu
harus mampu memberi contoh atau teladan ketika ia berada di posisi depan, jika
ia berada di tengah-tengah orang-orang yang dipimpinnya, ia harus mampu
membangun semangat seluruh anggotanya, yang terakhir ialah ia di tuntut untuk
mampu memberikan pengaruh positif jika ia berada di belakng dari anggotanya.
Dalam mencapai kapasitas pemimpin yang seperti itu, tidak ada kata lain selain
belajar dan action, ngelmu dan mengaplikasikannya, sadar dan
memulainya dari sekarang.
Kapan kita mendapatkan pemimpin yang berkompeten
tersebut, jawabannya adalah sekarang, ketika kita sebagai pemuda generasi
penerus bangsa, mau belajar dan mengamalkan ilmu kita untuk masyarakat dengan
penuh rasa nasionalisme serta cinta tanah air. Dan yang pasti bukan dengan niat
untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompok, namun untuk mencari ridho Allah
SWT. (wepe2113)
permainan kiasan yang bagus,,
BalasHapustangguh dan professional dalam arti sindiran dan dalam arti yang sebenarnya..
intinya disini,, pemimpin adalah yang mampu dan pandai memimpin dirinya sendiri..
setuju,, niatkan semua bukan karena manusia.. karena dengan begitu kita tak akan mendapat apa-apa..
jika kita niatkan semua karena mengharap ridlo Allah,, maka kita akan mendapatkan semua..
melebihi apa yang kita inginkan..
terus semangat untuk berkarya ya bii.. :)