Johar merupakan pasar yang pernah
tersohor di tahun 40-an, yang merupakan pasar termegah dan tercantik se-Asia
Tenggara.
Pasar Johar - Semarang : Annisa |
Seiring
dengan berjalannya waktu, berbagai persoalan muncul satu persatu, mulai dari
kemacetan, banjir, sampai dengan berkurangnya peminat pengunjung dari pasar
ini. Yang menarik disini adalah isu revitalisasi Pasar Johar yang di gulingkan
oleh pemerintah kota semarang. Menurut Sulistiyo, 61, tukang parkir di Pasar
Johar, sebenarnya isu tersebut bukanlah hal baru, sejak beliau berumur 12 tahun
sudah ada isu tentang revitalisasi Pasar Johar tersebut, namun sampai
sekarangpun belum ada realisasinya. Revitalisasi memang diangkat sebagai
penyelesaian dari banjir yang sering melanda pasar ini, namun jika tidak
dilaksanakan dengan benar dapat dipastikan dapat menimbulkan masalah baru,
seperti rasa takut para pedagang jika revitalisasi ini benar-benar dikerjakan
karena nantinya harga lapak semakin mahal, yang berakibat naiknya harga barang
dan berdampak pada menurunnya pembeli di pasar ini. Sulistiyo menjelaskan pula
bahwa sebenarnya yang menjadi penyebab banjir selama ini adalah air dari sungai
sebelah Pasar Johar, jadi yang harus di bereskan adalah sungai tersebut.
Haryanto,
salah seorang penjual pakaian membenarkan akan adanya rehab di Pasar Johar,
beberapa waktu lalu memang Pasar Johar di datangi oleh beberapa arsitektur dari
berbagai belahan dunia untuk survei Pasar Johar, pemerintah sedang melelangkan
rehab Pasar Johar, namun adanya hal tersebut bukan untuk dirubah tapi
dirapikan, tujuan direhab tersebut untuk tetap mempertahankan bangunan lama,
namun dengan merehab beberapa bagian pasar pada lantai dua dan jalannya juga
dibuat seperti dulu. Intinya masih memepertahankan bangunan jaman dulu. “Dulu
swasta juga pernah membenahi Pasar Johar, tapi tidak mampu, karena yang dulu
atap lantai dua yang ada segi delapannya yang tadinya ada kacanya dalam proyek
tersebut harus dicopoti. Akibatnya air hujan yang semula tidak masuk ke dalam
pasar, setelah di copot menyebabkan pasar kemasukan air hujan. Pihak swasta ini
tidak tanggung jawab yang penting proyek berjalan,” tambahnya. Revitalisasi
boleh, asal jangan jual Pasar Johar ini ke pihak swasta, selain terbukti tidak
bertanggung jawab, dapat di indikasikan nantinya memonopoli harga lapak di
Pasar Johar tersebut.
Dalam sebuah
kebijakan, pastilah ada pro dan kontra, tidak terkecuali revitalisasi Pasar
Johar. “Walaupun saya tidak begitu paham dengan isu akan ada rehab, saya setuju
saja, asal tetap menjadi pasar tradisional, bukan berupa supermarket, takutnya nanti dianggap
masyarakat bahwa Pasar Johar bukan pasar tradisional lagi, dianggap jualanya
mahal,” ujar Yayuk, penjual pakaian yang termasuk mendukung revitalisasi Pasar
Johar. Di lain pihak, Ningsih, pemilik toko alat tulis, kurang setuju dengan
rencana revitalisasi tersebut. “Menurut Ibu, saya tidak setuju bila Pasar Johar
dirubah seperti mall, karena nanti kalau di rubah maka sewa tempatnya akan
mahal dan tidak bisa jualan lagi, malah nanti yang dapat hanya yang mampu, kuat
– kuatan membayar sewa tempat”. Meskipun begitu, dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya tidak ada penolakan keras terhadap kebijakan revitalisasi Pasar
Johar ini, yang perlu di garis bawahi adalah, jangan sampai ada penyimpangan
dalam pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan hilangnya unsur sejarah yang
menjadikan pasar ini dulu tersohor di Asia Tenggara serta kebudayaan pasar
tradisional seperti tawar menawar dan harga yang relatif “miring”. (wepe2113, Annisa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar